Pemetaan kesuburan tanah secara rinci memberi petani Gambia panduan penting untuk mengelola lahan secara berkelanjutan, sekaligus menjadi landasan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pertanian. Inilah fokus utama dari inisiatif kesehatan tanah yang tengah berkembang di negara ini.
Degradasi tanah telah menjadi ancaman serius bagi pertanian dan ketahanan pangan di Gambia. Untuk itu, selama tiga tahun terakhir, Proyek Pemetaan Kesuburan Tanah Regional (RSFMP) dijalankan guna mengidentifikasi dan menanggulangi masalah tersebut. Mengingat peran vital sektor pertanian dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, Pemerintah Gambia melalui Kementerian Pertanian, Peternakan, dan Keamanan Pangan (MALFS) meluncurkan inisiatif ini guna menjaga dan meningkatkan kesehatan tanah secara berkelanjutan.
Didanai oleh Bank Pembangunan Islam (IsDB), proyek ini bertujuan menghasilkan peta kesuburan tanah yang detail untuk membantu petani Gambia mengelola lahan secara berkelanjutan. Peta ini menjadi panduan penting dalam mengambil keputusan berbasis data. Salah satu komponen utamanya adalah penilaian kondisi tanah dan ekosistem di tingkat bentang alam melalui pendekatan Land Degradation Surveillance Framework (LDSF).
Menurut Leigh Winowiecki, pemimpin tim kesehatan tanah dan lahan di CIFOR-ICRAF, “Tanah yang sehat adalah kunci untuk membangun ketahanan dalam sistem pertanian.”
“Dengan adanya proyek ini, Gambia sedang membangun pondasi masa depan yang pengambilan keputusan terkait lahan dan kesuburannya didasari oleh data yang valid, bukan spekulasi. Ini merupakan tonggak besar untuk mewujudkan ketahanan iklim, ketahanan pangan, serta pemulihan ekosistem lahan.”

Peta Gambia yang menunjukkan plot sampel Kerangka Pengawasan Degradasi Lahan (LDSF). Peta oleh Tor-G. Vågen.
Berdampak bersama para mitra
RSFMP di Gambia berdiri atas kemitraan yang kuat antara CIFOR-ICRAF, Crop Nutrition Laboratory Services Ltd (Cropnuts), International Fertilizer Development Center (IFDC), dan Universitas Politeknik Mohammed VI (UM6P). Melalui kerja sama ini, proyek bertujuan mencapai beberapa hasil utama, termasuk penyusunan peta indikator kesehatan tanah dengan resolusi moderat, pembangunan laboratorium spektral tanah lokal, serta pengembangan kapasitas untuk memberikan rekomendasi mengenai kesehatan dan pengelolaan kesuburan tanah terpadu. Sinergi antar mitra ini mendukung Gambia dalam mengintegrasikan keahlian internasional dan penguatan kapasitas lokal guna menjaga kesehatan dan produktivitas lahan pertanian secara berkelanjutan.

Participant Mamudou Jarju in a soil sampling exercise during Land Degradation Surveillance Framework field training in The Gambia. Photo by Bertin Takoutsing / CIFOR-ICRAF
Pembelajaran Praktis: Memberdayakan Tenaga Ahli Nasional Gambia
Masa depan pertanian Gambia mendapat dorongan baru lewat lokakarya pelatihan intensif selama empat hari yang diselenggarakan di ibu kota, Banjul, pada Oktober 2024. Sebanyak 35 peserta mengikuti pelatihan langsung untuk memperdalam kemampuan mereka dalam menggunakan Land Degradation Surveillance Framework (LDSF). Para peserta berasal dari berbagai lembaga pertanian, seperti Unit Koordinasi Proyek Pusat (PCU) di Kementerian Pertanian, Institut Penelitian Pertanian Nasional (NARI), Layanan Pengelolaan Tanah dan Air (SWMS), Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, serta sektor swasta. Dalam pelatihan ini, mereka mempelajari cara mengumpulkan data penting terkait karakteristik permukaan lahan, tanah, dan vegetasi, sekaligus memperkuat kapasitas nasional dalam menilai dan memantau kesehatan tanah di tingkat lanskap.
“Di CIFOR-ICRAF, kami tidak sekadar menyediakan alat – kami membangun pengetahuan dan sistem bersama mitra,” ujar Djalal Ademonla Arinloye, Koordinator Regional RSFMP sekaligus Direktur CIFOR-ICRAF untuk Benin. “Pelatihan LDSF ini sengaja dirancang interaktif dan praktis agar para ahli lokal mampu menerapkan metode ini secara mandiri, bahkan setelah proyek selesai.”
Untuk menerapkan metodologi LDSF, para peserta dilatih melakukan pengukuran petak secara presisi, karakterisasi permukaan lahan dan vegetasi, pengambilan sampel tanah, serta penilaian pohon dan semak. Mereka juga dibekali dengan keterampilan pengelolaan data, pengaturan perangkat GPS, navigasi presisi, hingga proses unggah data.
Pelatihan ini menggabungkan sesi kelas yang kaya wawasan dengan praktik langsung di lapangan, di mana para peserta menerapkan pengetahuan baru mereka pada situasi nyata. Pendekatan praktis ini membekali mereka untuk menghadapi beragam kondisi lanskap di Gambia.
“Pelatihan ini mengubah cara kami memandang tanah kami,” ujar Bakary Gassama, teknisi tanah dari SWMS yang ikut serta dalam pelatihan. “Sekarang kami memiliki keterampilan untuk mengumpulkan data yang bermakna dan memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh lahan kami. Saya kini lebih percaya diri untuk membawa perubahan”

Pengukuran pohon di lapangan oleh peserta Lamin Ceesay selama pelatihan lapangan Kerangka Pengawasan Degradasi Lahan (LDSF) di Gambia. Foto oleh Bertin Takoutsing / CIFOR-ICRAF.
Dari Pelatihan Menuju Transformasi: Meniti jalan masa depan
“Untuk pertama kalinya, kami akan memiliki peta ilmiah yang menunjukkan di mana letak permasalahan dan bagaimana cara mengatasinya. Ini akan memberikan manfaat bagi setiap petani di Gambia dan membantu kami merancang kebijakan pertanian yang lebih baik.”
Para peserta lokakarya kini memimpin upaya berskala nasional, terjun langsung ke wilayah pertanian yang beragam di seluruh negeri untuk mengumpulkan data lapangan yang sangat penting. Data inilah yang menjadi dasar pengambilan keputusan berbasis bukti, dan akan diolah secara cermat menjadi peta indikator kesehatan tanah yang mendetail—memberikan gambaran yang belum pernah ada sebelumnya mengenai kesuburan tanah di seluruh Gambia.
Sampel tanah tersebut akan dianalisis secara mendalam di laboratorium spektroskopi nasional canggih, untuk mengungkap rahasia indikator kesehatan tanah yang penting. Data ini kemudian akan digabungkan dengan wawasan Observasi Bumi terkini untuk membuat peta kesuburan tanah dengan dengan detail tinggi yang menggambarkan potensi pertanian Gambia secara jelas. Peta-peta membantu petani di Gambia untuk mendapatkan rekomendasi pupuk yang tepat dan strategi pengelolaan tanah yang berkelanjutan, yang dapat membantu para petani di Gambia.
“Kami beralih dari spekulasi ke kepastian,” kata Lamin Sonko, koordinator nasional RSFMP di Gambia. “Untuk pertama kalinya, kami akan memiliki peta ilmiah yang menunjukkan masalah dan cara mengatasinya. Ini akan memberikan manfaat bagi setiap petani Gambia dan membantu kami merancang kebijakan pertanian yang lebih baik.”
Cerdas dalam Mengelola Tanah, Cemerlang untuk Masa Depan
Dampak dari proyek ini akan terasa luas. Dengan memberikan informasi tanah yang akurat kepada petani, petugas penyuluh, dan pembuat kebijakan, Gambia sedang membangun jalan menuju pertanian yang lebih produktif, berkelanjutan, dan tangguh.
Lokakarya dan program penyuluhan akan memastikan bahwa pengetahuan ini mengalir dari laboratorium ke lahan pertanian, memberdayakan petani untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk, meningkatkan hasil, dan melindungi tanah mereka untuk generasi mendatang. Di tingkat kebijakan, data ini akan menjadi dasar bagi perencanaan pertanian yang lebih terinformasi dan strategis.
Keahlian CIFOR-ICRAF: Pilar Utama Proyek
CIFOR-ICRAF dikenal di seluruh dunia karena keahliannya dalam penelitian dan pengembangan agroforestri. Lewat proyek ini, CIFOR-ICRAF menghadirkan perpaduan antara ilmu pengetahuan yang kuat dan pengalaman lapangan, sehingga memastikan bahwa RSFMP dibangun dengan metode terkini dan strategi yang sudah terbukti untuk mengelola tanah secara berkelanjutan.
Secara khusus, CIFOR-ICRAF menyediakan proyek ini dengan kerangka kerja yang kuat untuk mengukur dan memantau indikator kesehatan tanah yang krusial, disertai dengan panduan teknis ahli dalam penerapan LDSF. CIFOR-ICRAF juga memfasilitasi transfer pengetahuan yang sangat penting kepada para ahli lokal melalui program pelatihan komprehensif dan memberikan keterampilan pengelolaan kesehatan tanah yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek.

Proporsi struktur vegetasi berdasarkan lokasi LDSF. Sumber: Bertin Takoutsing.
Hubungi kami untuk mempelajari lebih lanjut tentang pekerjaan CIFOR-ICRAF di Gambia dan jelajahi peluang kerja sama.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org